Perjuangan Mendaftar Haji: Penggantian Nama Bapak

Posting Komentar

 Perjuangan mendaftar haji


   Kali ini, aku akan berbagi cerita mengenai pengalamanku mendaftar haji. Maaf, bukan mau pamer, ya. Aku hanya berharap, semoga pengalamanku ini bisa memberi sedikit pandangan buat teman-teman yang juga ingin ke tanah suci. 

Awalnya, aku merasa ragu buat ndaftar. Pertama, aku merasa belum menjadi muslimah yang baik, juga karena masih banyak kemunafikan yang kulakukan. Kedua, kedua ibuku—ibu kandung dan ibu mertua—belum juga berangkat umroh, padahal udah hampir 2 tahun kami rencanakan. 

Sedih, kedua ibu belum juga menginjak tanah suci. Kami sudah berusaha sejak tahun 2019. Qadarullah saat itu, tanah dan rumah belum menemukan pemilik baru. Ditambah adanya pandemi yang tak berujung ini, jadilah rencana mengumrohkan kedua ibu masih sebatas wacana. 

Alhamdulillah, akhir tahun 2020 kemarin, tanah kami bertemu jodohnya. Nggak jauh-jauh juga, karena tanah itu berpindah kepemilikannya ke tangan adik yang baru menikah bulan Oktober 2020 lalu. 

Takut uang hasil penjualan tanah akan terpakai untuk hal-hal yang nggak berguna, suami mengajakku mendaftar haji. Aku sempat protes, kenapa nggak buat daftar ibu umroh dulu? Dia bilang, insyaallah tahun ini kalo udah ada pendaftaran umroh lansia, kedua ibu akan langsung berangkat. Semoga Ibu selalu diberi kesehatan agar bisa bertamu ke rumah Allah, ya. Aamiin

Meski dengan sedikit ragu, akhirnya aku bersama suami mengurus berkas-berkas itu. Jadi … inilah ceritanya. 

Proses di Bank Syariah 

Suami memantapkan hati mendaftar haji lewat BNI Syariah. Tanggal 28 Desember 2020 di saat dia masih WfH, kami mengunjungi BNI Syariah Cabang Ungaran. Kami sudah mengkopi beberapa berkas yang sekiranya diperlukan, seperti KTP, KK, buku nikah, akte kelahiran, ijazah terakhir, juga foto 4x6 dan 3x4 dengan latar putih. 

Pertama, kami mendaftar secara online dulu untuk buka rekening BNI Baitullah iB Hasanah. Setelah itu, baru Customer Service memprosesnya.

Buku-tabungan-haji

Semua berkas dicek satu per satu oleh Customer Service. Ternyata, nama bapakku di akte kelahiran dan KK berbeda. Di akte, nama Bapak komplet dan panjang. Nah di KK, namanya disingkat. Lah kok bisa, tho, Bu? *tepok jidat 

Mau mengubah akte kelahiran nggak mungkin, ‘kan? Jalan termudah ya ganti KK. Meski udah menyerahkan setoran awal BPIH dan saldo pembukaan rekening tabungan Baitullah, hari itu kami gagal menuju Kemenag untuk mendapatkan nomor porsi. Yang ada, kami harus berurusan dulu sama RT, RW, kelurahan, dan kecamatan. 

Alhamdulillah, tanggal 8 Januari 2021 ini, KK terbaru kami terbit. Setelah mengkopinya beberapa lembar, kami kembali menuju BNI Syariah Cabang Ungaran. Untungnya, berkas kami seminggu yang lalu masih tersimpan rapi di meja Mbak Customer Service. Hehe …. 

Pengecekan kembali dilakukan. Setelah dinyatakan oke, kami melakukan validasi ke teller, juga membayar biaya materai. Oh, ya. Mulai tahun 2021 ini, materai terbaru 10.000 mulai diberlakukan. Karena pihak bank belum punya, jadilah kami tanda tangan di atas dua materai 6.000. 

Ada sekitar 6 materai @6.000 yang digunakan. Mungkin kalo pake materai yang terbaru, cukup 3 aja. Eh, itu untuk satu orang, ya. Materai itu digunakan untuk dua pemberkasan di bank dan satu untuk Surat Pernyataan Calon Jemaah Haji

Ternyata, foto yang diambil pihak bank hanya yang berukuran 3x4 sebanyak 5 lembar. Dan itu ditempel di surat pernyataan yang akan kami bawa ke Kemenag. 

Jadi dari bank, kami menerima slip setoran awal BPIH dan surat pernyataan. Rangkap satu buat arsip kami, sedangkan rangkap tiga buat Kemenag. Alhamdulillah, begitu proses di bank selesai, kami segera meluncur ke Kemenag Kabupaten Semarang. 

Mendaftar Haji di Kemenag 

Senyum petugas keamanan Kemenag Kabupaten Semarang menyambut kedatangan kami. Beliau ramah banget. Setelah mengecek suhu tubuh, beliau menanyakan keperluan kami. Alhamdulillah, beliau mengantar kami ke ruang Administrasi Penyelenggara Haji dan Umroh di sudut kantor yang bersebelahan dengan tempat parkir. 

Di kantor itu, kami harus mengisi Formulir Haji. Kemudian, kami menuju fotokopian yang menjual map berdasarkan bank tempat kami mendaftar. BNI Syariah punya map warna kuning kunyit. Di depan map, udah ada tulisan kelengkapan apa aja yang harus dimasukkan. 

Selain menulis data diri, lampiran yang dimasukkan ke map antara lain: 
1. Bukti setoran awal BPIH (ini dapat dari bank tadi) 3 lembar. 
2. Fotokopi no rekening buku tabungan 1 lembar. 
3. Bukti aplikasi transfer (setoran di butab) 1 lembar. 
4. Surat pernyataan (ini juga satu paket dari bank) 1 lembar. 
5. Fotokopi KTP 2 lembar. 
6. Fotokopi KK 1 lembar. 
7. Fotokopi Akte Kelahiran 1 lembar. 
8. Pasfoto 3x4 = 5 lembar. 

Selesai melengkapi persyaratan itu, kami kembali ke ruang administrasi. Kami harus menunggu beberapa saat karena berkas harus dicek. Alhamdulillah, berkas dinyatakan komplet dan kami dipanggil buat foto dan pengambilan sidik jari jempol kanan dan kiri sebanyak 4x. 

Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH) selesai dicetak. Kemudian, kami harus mengeceknya agar nggak ada kesalahan lagi. Setelah itu, pemberian nomor porsi mulai dilakukan. 

Surat pendaftaran pergi haji

Oh, ya, aku belum tahu, sih, apakah proses ini berlaku juga buat ndaftar umroh. Doakan semoga aku bisa umroh dulu bareng kedua ibu sambil nunggu pemberangkatan haji, ya. 😊 

Alhamdulillah, seluruh proses untuk mendaftar haji sudah kami lakukan. Nomor porsi akhirnya didapatkan. Sekarang, waktunya kami buat melaminating berkas-berkas itu. Karena apa? Biar berkas-berkasnya nggak dimakan rayap karena masa tunggu yang 29 tahun. Masyaallah!

Related Posts

Posting Komentar