Tragedi Sepakbola: Kekhawatiran Suporter Tak Bersalah

12 komentar

Sepakbola Indonesia berduka!

Sabtu malam kemarin, 1 Oktober 2022, sepakbola Indonesia kembali berduka di Stadion Kanjuruhan, Malang. Lebih dari 170 suporter Aremania meninggal akibat kerusuhan pasca pertandingan.

Bukan kerusuhan antar suporter. Meski melawan Persebaya, nyatanya nggak ada bonek-bonek yang menonton pertandingan di stadion itu. 

Kekecewaan akibat kalah kandang sebagian kecil suporter yang merangsek ke lapangan, membuat aparat polisi dan TNI yang berjaga, memuntahkan gas air mata. Hal inilah yang akhirnya memicu kepanikan suporter untuk segera keluar dari stadion dalam waktu yang bersamaan.

Hem, kekhawatiran seperti itulah yang pernah aku rasakan. Meski pada akhirnya nggak terjadi insiden, tapi perasaan takut sempat ada beberapa saat menjelang pertandingan selesai.

Saat itu, aku menemani anak laki-lakiku menonton bola di Stadion Jatidiri Semarang. Tepatnya tanggal 3 Juli 2022 dalam pertandingan perempat final Piala Presiden antara PSIS versus Bhayangkara FC.

Aku suka nonton bola, meski bukan pecinta apalagi fanatik. Dan kebetulan, anak laki-lakiku sedang liburan pondok. Buat nyenengin dia yang suka banget sama bola--apalagi PSIS, aku mengajaknya ke Stadion Jatidiri.

Aku sengaja beli tiket tribun barat (VIP) seharga Rp200.000,- per orang. Pikirku, tribun barat nggak akan serame tribun lainnya.

Untuk diketahui, tribun timur juga diperuntukkan untuk umum dengan tiket seharga Rp120.000,-. Sementara, tribun utara dan selatan, dikhususkan buat suporter Panser Biru dan Snex dengan harga tiket Rp75.000,-.

Dugaanku salah besar! Belum masuk stadion, ratusan orang sudah mengular di pintu masuk tribun barat, saat aku tiba di sana sekitar jam 2-an. Padahal pertandingan baru akan dimulai jam 3.30 sore.

Meski antre berbanjar, tapi desakan maju biar bisa segera masuk tetap terasa. Begitu masuk, hanya tersisa tribun atas. Nggak nyangka, kami dapat tempat duduk paling belakang.

Stadion baru berkapasitas hampir 45.000 tempat duduk itu penuh sesak. Meski udah duduk paling belakang, nyatanya masih banyak suporter yang berdiri di belakangku. Tribun barat yang tiketnya mahal aja kelebihan kapasitas, apalagi tribun lain, coba?

Pertandingan berlangsung seru. Yel-yel serta nyanyian dari Panser Biru dan Snex membahana silih berganti. Hingga akhirnya, PSIS berhasil unggul di babak pertama dengan skor 1 - 0.

Bhayangkara FC menyamakan kedudukan di menit ke-12 babak kedua. Mulai di situlah, perasaan khawatir dan ketakutanku muncul. Gimana kalo di akhir pertandingan PSIS kalah?

Perasaan itu semakin memburuk di menit-menit terakhir. Aku yakin, semua suporter saat itu gregetan melihat kiper utama PSIS nggak becus nangkep bola. Berulang kali bola terlepas dari tangannya di depan gawang. Gemes!

Meski akhirnya Yofan diganti sama Redondo, pertandingan dengan skor 1 - 1 itu harus dilanjutkan pake adu pinalti. Luar biasa rasanya melihat suasana stadion. Campur aduk dengan kekhawatiranku.

Adu pinalti pun berlangsung dramatis. Nggak cukup 5 pemain yang maju. Baik dari PSIS ataupun Bhayangkara, masing-masing klub hanya menyisakan kiper. Itu artinya, ada 10 pemain yang melakukan adu pinalti. Mungkin inilah adu pinalti terlama, terpanjang, dan tergreget yang pernah aku tonton.

Setiap tendangan yang terjadi, menimbulkan perasaan takut. Ya, takut kalah! 

Nonton bola di Stadion Jatidiri
Adu pinalti yang dramatis. PSIS versus Bhayangkara FC di perempat final Piala Presiden 2022 tanggal 3 Juli 2022. #Dokumen pribadi, diambil dari tribun barat sisi kiri paling belakang.


Aku selalu menutup mulut kalo tendangan dari pemain PSIS berhasil ditangkis kiper Bhayangkara. Bayangan kalah dan suporter yang 'nggak terima' hingga merusak stadion, udah muter-muter di kepala. Gimana pulangnya? Kayak apa nanti di jalan? 

Tapi alhamdulillah, PSIS bisa unggul 9 - 8 dari Bhayangkara. Sorak sorai suporter yang menggema, membuat aku lega. Bener-bener lega.

Anak laki-lakiku yang berumur 15 tahun, berjingkrak-jingkrak di atas kursi. Saking senengnya, dia bahkan bisa high five sama suporter lain yang nggak dikenal. 

Seperti itulah kekhawatiranku. Meski sama-sama suporter, aku nggak mau terjadi apa-apa dengan diriku. Aku nonton buat menyenangkan diri. Menang atau kalah, itu udah takdir. Tinggal cara Temans menyikapinya.

Aku yakin, masing-masing pemain dan tim udah berusaha keras. Mereka juga pasti pengin menang. Ya, 'kan?

Semoga tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Jadilah suporter yang sportif. Tetep dukung klub favorit Temans dengan doa. Bolehlah Temans fanatik, asal nggak merugikan diri sendiri dan orang lain.    

kisahpisces

Related Posts

12 komentar

  1. Semoga jangan ada lagi kerusuhan dan merenggut nyawa korban seperti Kanjuruhan. Sedih bener baca beritanya

    Aku pun bukan penggemar fanatik meski beberapa kali pernah nonton di stadion juga. Terakhir nonton udah lama banget, jaman masih jadi anak mahasiswa. Tapi kami nonton di stadion GBK, saat PSIS tanding Persebaya. Entah ya waktu itu kok gak ada takut-takutnya, mungkin karena aku berangkat bareng Om ku, kakak sepupu laki-laki, tetangga dan semua cowok, hahaha...berasa banyak yang melindungi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku takut banget, Mbak. Mana anakku maunya pegang stir, kan emak jadi mikir, kalo kalah ntar dia nyetirnya kek gimana? 😂

      Hapus
    2. Turut berdukacita, semoga keluarga korban diberikan kekuatan iman menghadapi musibah ini

      Hapus
  2. Miris mendengar dan membaca banyak korban di Kanjuruhan.
    Setuju sekali dengan adanya pembekalan terhadap suporter,supaya memlunyai adab yang lebih baik dalam menontin suatu pertadingan.

    BalasHapus
  3. Ikut deg-degan baca ceritanya, Mbak. Dulu waktu masih di Semarang, tiap ada pertandingan, menghindari keluar rumah. Semoga ini jadi pembelajaran untuk semua pihak, ya. Prihatin.

    BalasHapus
  4. Seru sekali ya Mbak bisa nonton bareng jagoannya. Saya pun kelak pengen menciptakan momen seru seperti itu dengan dua anak laki-laki saya. Tapi semenjak kerusuhan Kanjuruhan kemarin sebagai Ibu saya kemudian merasa takut, was-was dan banyak lagi. Banyak hikmah yang saya ambil pokoknya dari tragedi Kanjuruhan kemarin dari sudut pandang sebagai ibu.

    BalasHapus
  5. duuh..membacanya saja aku deg2an mbaa..apalagi klo hafir langsung di sana.. semoga tragedi kanjuruhan adalah yg terakhir dan tak akan pernah terulang lagi! aamiin..

    BalasHapus
  6. Makanya ga berani ngajak anak nonton bola soalnya kerusuhan kaya gini bukan sekali dua kali tp udah seriing banget. Semoga kanjuruhan ni bisa diusut sampe tuntas ya dan ga ada lagi rusuh2 kaya beginu

    BalasHapus
  7. Saya dulu pernah nonton bola waktu ada liga antar desa. Sekalinya nonton pas ada kerusuhan antar suporter, itu bikin aku kapok nonton bola jadi sampai skrg nggak suka bola

    BalasHapus
  8. Sedih banget, mana ada yang anak anak dan wanita ya? Semoga ini jadi pelajaran buat kita semua kalau ngefans jangan terlalu berlebihan.

    BalasHapus
  9. Waktu mbaca beritanya dadaku sakiit banget, awalnya jengkel mau marah marah, tapi terlepas itu pasti ada hikmah dibaliknya mbak, turut berduka paling dalam

    BalasHapus
  10. Ya Allah deg2an banget baca ceritanya Mba, turut berdukacita dengan kejadian Kanjuruhan kemarin semoga ini jadi pelajaran besar untuk semua ya

    BalasHapus

Posting Komentar