Kinar di-PHP

Posting Komentar
Hari ini, aku ke rumah kecil setelah mengantar Kinar sekolah. Beberes beberapa hal setelah rumah itu selesai direnovasi untuk sementara. Ya, sementara, karena ke depannya akan masih ada renovasi lagi, meski entah kapan.

Jika berbicara tentang rumah kecil ini, sebenarnya aku sangat sedih. Rumah itu kami beli dari fasilitas UMG suami. UMG (Uang Muka Gaji) bisa diperoleh setelah suamiku diangkat menjadi pegawai tetap.

Awalnya ragu untuk mengambil fasilitas itu. Tapi setelah dipikir matang-matang, sayang kalo enggak diambil. Toh, bunganya murah dan angsurannya ringan sampai suami pensiun.

Setelah dana cair, kami bingung mau diapain uangnya. Buat usaha, kami sendiri masih belum yakin mau usaha apa. Beberapa kali ditawari buat beli mobil, terus disewain di kantor, tapi suami enggak mau. Daripada bingung, akhirnya uang itu kami depositokan terlebih dahulu. 

Hampir 2 tahun berlalu, kami tertarik untuk berinvestasi rumah. Kami pikir, buat tabungan anak-anak. Kalo rumah itukan selalu naik harganya.

Begitu rumah selesai dibangun, ternyata langsung ada yang mengontrak. Alhamdulillah, bisa berjalan 6 tahun.

Seiring berjalannya waktu, Allah membuka mata hati kami. Di saat kedua ibu (ibuku dan ibu mertua) pengin ke baitullah. Di saat itu pula, kami enggak punya tabungan buat memberangkatkan mereka.

Kami memilih untuk menjual rumah kecil ini. Tapi sayangnya, hampir 3 tahun ini rumah itu belum juga laku. 

Kekhawatiranku kadang muncul mengingat Ibu yang mulai sakit-sakitan. Beliau berusia 66 tahun dengan pandangan yang mulai kabur. 

Berbekal sisa hasil penjualan tanah, kami sedikit merenovasi, berharap rumah itu segera bertemu dengan pemilik barunya.

Ah, panjang sekali kalo bercerita tentang rumah itu. Mohon doanya, ya, semoga disegerakan.

Lanjut dengan cerita hari ini. Setelah menjemput Kinar, kami pulang ke rumah besar--semua sebutan itu buat mudahin Kinar aja. 

Siangnya, Kinar main ke rumah tetangga. Entah bagaimana pembicaraan gadis kecil itu dengan temannya, sampai tiba-tiba dia pulang dan pamit, katanya diajak temannya mau lihat kereta di Stasiun Tawang.

Kami memang antusias ketika mendandaninya. Bahkan si bapak memberi uang saku. Ketika Kinar balik lagi ke rumah temannya, aku sengaja ngikutin. Aku mau bilang terima kasih sekalian titip Kinar. 

Tapi ternyata, semua salah penafsiran. Kalo sebenarnya itu mereka enggak ngajak Kinar. Cuma anaknya aja yang pengin gadis kecilku itu ikut.

Kebayang, dong, gimana tantrumnya Kinar? Setelah temannya pergi, Kinar sampai guling-guling di jalan. Berbagai cara kami merayunya. 

Aku sempet emosi karena tangisnya enggak berhenti-henti. Alhamdulillah, si bapak cukup sabar hari ini. Dia ngajak Kinar beli baju renang baru.

Semua berjalan lancar sampai Kinar pulang les renang. Saking senengnya, dia lari-lari, bolak-balik ke kamar mandinya dan kamar mandi si bapak. Bisa ditebaklah apa yang kemudian terjadi. Gadis kecilku itu kepleset. Duh, nangis lagi.

Efeknya, dia bisa bobok gasik setelah 2x nangis dengan badan yang pastinya sakit. Dan ... aku pun harus di rumah, nungguin dia bobok, enggak jadi berangkat pengajian bakda Isya di masjid.

Alhamdulillah, hari ini memberiku petualangan baru. Petualangan yang insyaallah bisa dijadikan pelajaran untuk hari-hariku ke depan.

Wassalam :)

kisahpisces

Related Posts

Posting Komentar