Ada Apa dengan Kebaya Merah?

Posting Komentar

                                            Ada Apa dengan Kebaya Merah?


Dua pekan ini, publik dihebohkan dengan video viral perempuan berkebaya merah. Bukan viral karena prestasinya, melainkan adegan tak pantas di video itu. Konon katanya seperti itu ….

Aku nggak akan menanggapi apa yang dia lakukan di video itu. Toh nyatanya sekarang video itu udah nggak bisa diakses. Berulang kali aku cari, hasilnya tetep nihil. Video yang katanya berdurasi 16 menit itu, hanya bisa aku tonton selama 1 menit.

Hanya saja, sangat disayangkan, karena ini menyangkut warisan budaya bangsa. Kebaya yang seharusnya dijaga nilai-nilai nasionalisme-nya, disalahgunakan hanya untuk adegan yang nggak layak ditonton.

Jika mengingat sejarahnya pada tahun 1940-an, Bung Karno telah mencanangkan kebaya sebagai baju nasional Indonesia. Bahkan saat ini, kebaya sedang diusulkan ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia.

Di Jawa pun, kebaya punya filosofi. Bentuknya yang disesuaikan dengan bentuk tubuh, melambangkan kalau perempuan itu bisa menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan. Dan kata ‘wanita’ memiliki arti ‘wani ing tata’, yang berarti perempuan yang memahami tata krama.

Hal positif lain yang tampak dari kebaya adalah keanggunan. Itulah yang akan muncul di benak ketika kita melihat perempuan berkebaya. Kedua, nilai moralitas yang dijunjung tinggi dari kebaya adalah kesantunan. Biasanya, perempuan yang memakai kebaya tradisional akan bergerak lebih sedikit. Pasti bukan tanpa alasan. Kodrat perempuan yang seharusnya lemah lembut, luwes, dan santun, menjadi pertimbangan dalam pembuatan kebaya ini.

Kebaya juga menjadi simbol emansipasi perempuan di Indonesia. Contohnya R.A. Kartini yang terlihat anggun dengan kebaya dalam kesehariannya. Meski sekarang fungsi dan maknanya berkembang sesuai zaman, tapi bentuk kebaya relatif nggak berubah.

Tapi kini, apa yang akan kita banggakan pada dunia? Bisa jadi, video viral perempuan berkebaya merah akan memupuskan harapan banyak perempuan lain, yang sedang berjuang melestarikan warisan budaya bangsa ini.

Bahkan di luar sana, banyak perempuan asing yang menyukai kebaya. Mereka juga gigih belajar kebudayaan kita. Sementara, kita yang pribumi, justru mencoreng perjuangan panjang itu hanya dengan sebuah video pendek.

Jadi, gimana menurut Temans? Apa yang harus kita lakukan untuk mengembalikan nama baik kebaya merah?

Related Posts

Posting Komentar