Catatan Akhir Tahun 2020: Prestasi di Bidang Literasi

Posting Komentar

 catatan akhir tahun 2020



   Menjelang akhir tahun, pasti banyak yang merenungi apa saja yang udah dilakukan sepanjang tahun itu. Apakah semua sesuai yang diharapkan atau tidak sama sekali? Bagi aku yang nggak punya target, tahun 2020 ini bisa jadi banyak memberi hikmah tersendiri di sepanjang perjalanan hidupku. Jadi, aku ingin membuat catatan akhir tahun biar kelak nggak lupa. 

   Aku nggak pernah punya mimpi. Di luar dugaan, tahun 2020 ini aku bisa meraih beberapa prestasi yang melambungkan namaku di dunia literasi. Suka dan duka kualami silih berganti. Tapi, hal-hal itu justru semakin membuatku bersemangat untuk terus belajar. 

   Yuk, simak catatan akhir tahun 2020-ku! 

Januari 

Sebagai Editor 

   Mengawali tahun 2020, aku sudah menanti kelahiran antologi KPK (Kelas Pena Kreatif) Batch 13. Ia mbrojol di pertengahan bulan. Namanya Sudut Gelap. Bergenre horor dengan jumlah penulis yang juga berjumlah 13. Ngeri nggak, tuh? Tapi alhamdulillah, proses kelahiran keponakan ke-2 itu berjalan dengan lancar. 

    Di saat menanti si Sudut Gelap keluar kamar bersalin, tiba-tiba aku harus menjadi editor pengganti untuk antologi KPK Batch 12. Alhamdulillah, meski dengan deadline mepet, aku pun bisa mengantarkan antologi ini menuju persalinan. Wanita Berkerudung Kisah jadi nama keponakan ke-3. 

   Selain keduanya, aku juga masih berkutat dengan naskah Mbak Pujeng Nuradi untuk novel yang beliau percayakan padaku. Ini novel pertama yang aku tangani persalinannya. Mbak Pujeng ini alumni KPK Batch 11 yang antologinya juga aku pegang di tahun 2019. 

   Dua antologi Babibu juga masuk di akhir Januari ini. Entah maruk atau nggak mau menyia-nyiakan kesempatan, aku menerimanya dengan sukacita. 

Sebagai Penulis 

   Di bulan Januari ini pula, aku menanti kelahiran antologiku bersama penulis-penulis alumni KPK. Anak ke-11 itu diberi nama First Love. Dari namanya aja udah kelihatan kalau isinya tentang cinta pertama, ya. Tapi ini benar-benar kisah nyata yang dialami semua penulisnya, lho. Jadi penasaran dengan cinta pertamaku, ‘kan? Haha :D 

Februari 

Sebagai Editor 

   Aku harus menangani antologi yang bertema Perpisahan. Bertugas sebagai PJ sekaligus editor, aku berusaha bekerja sesuai deadline. Untuk itu, aku harus menyiapkan jadwal khusus untuk bisa merampungkannya tepat waktu. Ini, sih, efek dari antologi Dunia si Kecil yang terkatung-katung. Belajar dari itu, aku nggak mau antologi yang aku tangani juga terbengkalai. 

   Aku juga menyambut kelahiran antologi Pelangi yang Tak Pernah Pergi. Ini adalah keponakan ke-4 yang aku bidani. Sebenarnya antologi ini udah kelar sejak Desember 2019 karena memang dibuat untuk menyambut Hari Ibu. Tapi apa daya, ia harus ngantre lama di kamar bersalin. Hehe …. 

   Nggak disangka, antologi dari Project Akhir Tahun 2019 yang diberi nama Fictophilia juga lahir di akhir bulan Februari ini sebagai keponakan ke-5. 

kata editor bucin

Sebagai Penulis 

   Bulan Februari, aku bersama penulis-penulis dari alumni KPK akhirnya mengumumkan hari kelahiran Dunia si Kecil. Antologi yang hampir setahun terbengkalai karena ditinggal sang editor. Wkwkwk …. Setelah dapat editor pengganti, akhirnya kami bisa launching juga. Antologi yang akhirnya aku klaim sebagai anak ke-12. 

   Selain sebagai editor, aku juga menulis satu kisah di antologi Pelangi yang Tak Pernah Pergi. Kisah nyata perjuangan seorang ibu yang ingin menemani menantunya melahirkan di Jerman, saat cuaca di negara itu sedang dingin-dinginnya. Dan ini adalah anakku yang ke-13. 

Maret 

Sebagai Editor 

   Setelah 2 pekan ngumpulin naskah dan 2 pekan merem melek melototin huruf, akhirnya awal bulan Maret ini, Unspeakable mulai launching. Nama terpilih dari tema Perpisahan yang aku pegang mulai bulan Februari itu. Alhamdulillah, ia selamat sebagai keponakan ke-6. 

   Mbak Siti Robika Maimonah juga nggak sabar pingin aku bidani. Meski harus jaga imun di awal pandemi Covid-19, aku mempersilakannya masuk ke ruang periksaku. 

   Di saat yang sama, naskah dengan jumlah kata hampir 60 ribu dari Pak Humaezi juga ikut masuk. Bayangkan, kata sebanyak itu harus aku pelototin dalam waktu 12 hari. Alhamdulillah, bisa selesai tepat waktu. 

   Si Kembar Curhat Bumi akhirnya jadi keponakan ke-7 dan ke-8. Antologi Babibu yang aku pegang sejak akhir Januari ini, ternyata nggak mau kalah sama kakaknya yang hanya berselisih beberapa hari. 

Sebagai Penulis 

   The Right Path hadir sebagai anak ke-14 dalam kehidupanku. Antologiku bersama alumni KPK ini berkisah tentang surat dari masa depan yang ditujukan untuk diri sendiri. Dan ceritaku pura-puranya nemu surat dalam botol waktu di pantai. Duh, kreatif banget, ya, imajinasiku? 

April 

   Ternyata, keponakan ke-9 nggak sabar pingin nongol. Novelnya Mbak Pujeng yang diberi nama Mimpi yang Terhempas, akhirnya launching juga ngikutin kakaknya. Lega banget aku, tuh. Setelah di sela beberapa antologi, keponakan ini lahir dengan sempurna. 

   Buah cintaku dari Pak Humaezi juga nggak mau kalah, nih. Ia hadir sebagai pelengkap keponakan ke-10 dengan nama Di Nadimu Mengalir Darahku. Novel setebal 438 halaman itu langsung best seller di cetakan pertama. 

   Dilamar Jadi Adik Madu punya Mbak Zuli Arita juga masuk di bulan ini. Sama seperti kakaknya, ia juga minta proses kilat yang hanya dua pekan. Gemes-gemes gitu sama isi novelnya. Nggak butuh proses panjang, novel ini jadi masuk KK-ku jadi keponakan ke-11. 

   Selesai membidani Mbak Zuli, ternyata Mbak Siti Uswatun juga pingin nyempil di bulan April ini. Karena lagi seneng ngutak-atik naskah novel, jadilah naskah itu ngantre di ruang periksaku. Di bulan ini juga, KPK Batch 20 minta aku bidani. Eh, bukan … aku yang memintanya. Hihi …. 

Mei 

Sebagai Editor 

   Ditawari buat ngedit project yang cukup singkat. Dari pengumpulan naskah sampai layoutproject ini cuma butuh waktu 5 hari. Antologi bernama Potret lahir sebagai keponakan ke-12. Buku ini dicetak terbatas dan laba penjualannya untuk membantu orang-orang yang terkena dampak Covid-19. Insyaallah. 

   Mantan Terindah-nya Mbak Siti Uswatun juga lahir di pertengahan bulan ini. Ia resmi jadi keponakan ke-13. Novel ini menyinggung masalah penerbitan, lho. Tokoh utamanya pun seorang penulis sekaligus editor. 

   Bunda Lasma Farida nyusul di belakang Mbak Uus. Novel bersetting Aceh ini akhirnya nongkrong di ruang tunggu di akhir bulan Mei. 

Sebagai Penulis 

   Anak ke-15 lahir dengan nama Lelampahing Gesang. Antologi berbahasa Jawa ini hadir bersama alumni KPK. Pengumpulan naskahnya tergolong lambat. Tapi alhamdulillah, akhirnya bisa masuk kamar bersalin juga. 

Juni 

Sebagai Editor 

   Cut Nyak Lahore lahir dari rahim Bunda Lasma Farida. Ia kuangkat jadi keponakan ke-14. Cinta segiempat yang akhirnya harus memilih salah satu. 

   Adiknya, si Takdir Cinta Fatimah yang lahir dari rahim Mbak Siti Robika, menyusul beberapa hari kemudian. Resmilah ia jadi keponakan ke-15 yang lahir di bulan Juni ini. 

Sebagai Penulis 

   Bergabung lagi di antologi A Tribute to Doctors. Senang banget bisa sekamar sama penulis-penulis mastah seperti dr. Vindy Ruslianti, dr. Sasti Gotama, Uda Arie Sastrawidjaya, Mbak Rohani Panjaitan, dan 22 penulis lainnya. 

kata penulis yang peka

Juli 

   Antologi KPK 20 yang diberi nama Jalan Cinta lahir sebagai keponakan ke-16. 

   Di bulan ini, sengaja cuma ambil 1 job karena hamil anak keempat. Tapi qadarullah, baru jalan 7 pekan, si Adik nggak bisa bertahan. Dia lahir di kamar mandi ketika aku buang air kecil setelah pendarahan semalaman. Proses kuretase segera dilaksanakan biar Adik tenang di sana.  

Agustus 

Sebagai Editor 

   Naskah Psikologi Industri dan Organisasi: Pendekatan Integratif dalam Menghadapi Perubahan yang aku tangani di bulan Juli, akhirnya lahir di bulan Agustus ini. Ia pun jadi keponakan ke-17. 

Sebagai Penulis 

   Alhamdulillah, A Tribute to Doctors jilid II juga lahir di bulan ini sebagai anak ke-16. PO sebanyak 500 eksemplar langsung habis terjual. Sesuai komitmen awal "Edukasi dan Donasi", seluruh laba penjualan disalurkan ke pihak-pihak yang membutuhkan. 

September 

   Antologi Ensiklopedi Sahabat Salimah dan cernak bertema Indahnya Kejujuran milik Ghirah Rachita Community mulai masuk ruang periksa. Begitu pula naskah Mbak Helminawati Pandia di bulan September ini. 

   Ketiga project itu membuatku sibuk, jadi nggak berani ikut nulis antologi apa pun. Sok-sokan, ya? Hehe :D 

Oktober 

   Iduladha Pertama Tanpa Suami yang dilahirkan Mbak Helminawati Pandia jadi keponakan ke-18. Nggak ada barengannya, jadilah ia anak tunggal di bulan Oktober ini. Selain itu, antologi dua cernak dari IGTKI Situbondo juga beriringan masuk ruang periksa. 

November 

   Ensiklopedi Sahabat Salimah yang diberi nama Membumi Mewangi lahir jadi keponakan ke-19. Ia juga sendirian, adiknya masih dalam proses persalinan. 

Desember 

Sebagai Editor 

   Manisnya Buah Kejujuran dari Ghirah Rachita Community jadi keponakan ke-20. Sementara si kembar Cernak Seri Karakter dan Cernak Seri Hobi dari IGTKI Situbondo jadi keponakan ke-21 dan ke-22. 

Sebagai Penulis 

   Berusaha memulai lagi kemampuan menulis cerpen. Alhamdulillah, aku berhasil meraih Juara 1 Rilis Party Akhir Tahun bertema Pilihan. 

Penutup Catatan Akhir Tahun 

   Alhamdulillah, 21 keponakan dan 6 anak lahir di tahun 2020 ini. Semua kelar tepat di akhir tahun. Aku tenang karena nggak ada lagi pendingan naskah. Semoga apa yang aku lakukan di tahun ini, menjadi berkah buat semua. Mohon maaf lahir dan batin atas segala kekurangan yang ada. 

   Itulah catatan akhir tahun yang bisa aku buat. Memang belum sempurna, tapi setidaknya bisa jadi pengingat kelak jika aku sudah tua. Terima kasih buat teman-teman yang berkenan membacanya. Semoga bisa menginspirasi untuk berbuat lebih baik. Aamiin.

Related Posts

Posting Komentar