Tips Mengelola Emosi Marah

Posting Komentar

 Tips Mengelola Emosi Marah



   Sebagai manusia normal, aku juga punya kemampuan untuk merasakan emosi. Mulai dari emosi senang, bahagia, sedih, marah, jijik, benci, kecewa, takut, dan terkejut. Namun karena perbedaan bentuknya, maka caraku mengelola emosi pun berbeda. 

Definisi Emosi 

Emosi adalah sesuatu yang timbul akibat adanya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Umumnya, manusia melibatkan emosi dalam aktivitas sehari-hari seperti berbicara, menulis, juga kegiatan lain. 

Emosi dan perasaan itu ternyata beda, lho. Dua hal yang saling berhubungan, tapi punya perbedaan yang sangat jelas. Perasaan lebih mengarah pada hati seseorang, sedangkan emosi adalah respon seseorang pada suatu hal yang memengaruhi perubahan sikap, lalu akhirnya mengarah pada perilaku. 

Nah, karena emosi ada beberapa macam, maka kali ini aku akan mengambil salah satunya, yaitu emosi marah. Siapa, sih, yang nggak pernah marah? Aku yakin pasti teman-teman juga sering mengalaminya. Iya, ‘kan? 

Emosi Marah 

Marah adalah suatu perilaku yang muncul akibat ancaman dari luar sehingga membuat seseorang berusaha bertahan dan melawan melalui ekspresi itu. 

Mengelola Emosi Marah 

Setiap orang punya cara masing-masing untuk mengekspresikan rasa marah itu. Begitu pula aku, yang punya tips tersendiri untuk mengelolanya. 

1. Diam 

Bagiku, diam adalah berlian. Cara pertama yang selalu aku lakukan ketika marah menyerang adalah dengan diam. Tapi, nggak cuma diam pasrah gitu aja. Dalam diam itu, aku mencoba introspeksi diri. 

Mencoba untuk duduk dan menarik napas sebelum marah benar-benar meledak. Memikirkan kemungkinan dari konsekuensi yang mungkin terjadi ketika marah. 

Banyak hal yang aku pikirkan dalam diamku, seperti: 
- Kenapa hal ini bisa terjadi? 
- Apa yang harus aku lakukan sekarang? 
- Apakah wajar apa yang aku rasakan saat ini? 
- Apa dampak dari kemarahanku ini? 

Jadi dengan memikirkan hal-hal itu, aku berusaha untuk lepas dari reaksi yang lebih ekstrem. 

2. Hindari Sosial Media 

Ketika marah dan nggak bisa disalurkan dalam bentuk sikap, biasanya orang akan menulis sesuatu di luar kendali. Berbagi kemarahan dengan orang lain yang tanpa sadar membuka aib sendiri. Masalah lama belum selesai, malah muncul masalah baru. 

Usahakan hanya menulis di suatu tempat yang nggak bisa diakses orang lain, seperti kertas atau buku. Cukup tulis apa yang jadi beban kemarahan, lalu sobek-sobek dan buang. Kalaupun butuh seseorang untuk bersandar, pastikan orang itu bisa dipercaya. 

3. Bernyanyi dan Mendengarkan Musik 

Kalau ini pasti banyak yang setuju, ya. Dari dulu, aku selalu mengekspresikan kemarahan dengan menyendiri di kamar, lalu menyetel musik keras-keras (waktu itu belum punya headset atau earphone. Hehe ….) 

Meluapkan emosi dengan bernyanyi, setidaknya membuat hati sedikit lega. Kata-kata yang keluar dari mulut juga bisa diatur karena mengikuti lirik lagu, jadi nggak asal mengeluarkan makian. 

4. Tidur 

Daripada pusing mikirin permasalahan yang belum nemu jalan keluar, aku sering memilih tidur sebagai pelampiasan. Membenamkan diri di pulau kapuk terasa sangat menyenangkan. Apalagi bisa mimpi ketemu cowok cakep yang bikin tidur sambil ngiler. 

5. Mandi 

Biar kepala dan hati menjadi dingin, nggak salah, ‘kan, kalau aku mandi? Nyatanya, kemarahan yang berapi-api bisa padam juga dengan guyuran air. Berlama-lama di bawah shower juga menyegarkan setelah puas menangis yang nggak terlihat. 

6. Puasa 

Ini yang aku lakukan saat ini. Ternyata, salah satu manfaat puasa bisa memperbaiki suasana hati itu terbukti benar. 

Selama berpuasa, proses detoksifikasi mental/jiwa dan fisik dalam tubuh bisa berjalan secara alami. Detoksifikasi fisik bisa terjadi sebab racun dalam lemak tubuh bisa terurai. 

Selain itu, hormon endorfin juga meningkat selama berpuasa. Ketika tubuh mempunyai lebih banyak hormon endorfin, kita akan merasa semakin baik dan lebih bahagia. Oleh karena itu, kita dapat merasakan kesehatan jiwa yang lebih baik pula. 

Puasa juga dapat meningkatkan kesehatan otak dan pembentukan sel saraf sehingga fungsi kognitif juga ikut naik. Alhamdulillah, puasa membantuku mengambil keputusan karena otak sudah berfungsi jernih. 

   Nah, itulah beberapa caraku mengelola emosi marah. Sederhana, tapi semoga bisa jadi solusi buat teman-teman untuk mengekspresikan kemarahan. Salam sehat!

*Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting

Related Posts

Posting Komentar