Cerita Mini: Lampu

Posting Komentar

 cerita mini lampu


 Menjelang magrib, kami berkumpul di ruang tamu. Aku pun menceritakan kejadian tentang pintu kamar pada Mas Budi. Meski Kinar ikut menimpali, nyatanya suamiku itu tidak memberikan tanggapan yang serius. Dih!

 Aku dan Mas Budi bercengkerama. Sementara, Kinar aktif berlarian dan naik turun kursi yang membuat kami sedikit geram.

 "Dik, yang anteng, tho. Ibu nggak bisa jagain!" ujarku ketika Kinar naik kursi.

 "Turun! Jangan pegang-pegang! Itu listrik!" Mas Budi menasihati Kinar yang membuka tutup panel listrik.

 Meski akhirnya gadis kecil itu manut, tetapi tidak menyurutkan semangatnya untuk berlarian.

 "Pak Budi!" Salah seorang tetanggaku memanggil dari luar.

 "Ya, Mbak ...." Mas Budi segera bangkit dari duduknya. Dia berjalan ke arah pintu samping, menuju sumber suara.

 Ternyata,  tetanggaku itu mengembalikan piring-piring yang aku pinjamkan untuk tempat permen bagi para takziah.

 "Loh, Yang, kok lampunya mati?" seru Mas Budi padaku dari arah dapur.

 "Kenapa, Pak Bud?" tanya tetanggaku itu setelah menyerahkan piring.

 "Ini, lho, Mbak, lampu dapur mati. Wong tadi masih nyala, kok. Lho ... lampu luar kok mati juga?"

 Aku segera melihat apa yang dijelaskannya. Lampu dapur mati, begitu pula lampu luar yang menerangi carport

 Suasana di luar rumah semakin gelap karena lampu jalan yang ada di depan rumah tetangga pun tidak menyala. Sementara, gerimis mulai berhamburan jatuh ke aspal.

 "Wah, lampunya minta diganti, Pak." Tetanggaku itu menyahut.

 "Wong lampunya masih baru, kok, Mbak." Mas Budi menimpali. Dia tampak berpikir.

 Aku yang masih merasa aneh dengan kejadian pintu, sontak berpikiran negatif lagi. Jangan-jangan ....

 "Oh, ya. Tadi Kinar mainan MCB. Coba ditengok!" Mas Budi memberi perintah.

 Aku bergegas kembali ke ruang tamu. Benar saja, ternyata MCB sisi kanan menunduk ke bawah.

 "Oalah, Dik. Bikin Ibu deg-degan aja," ucapku sambil menyalakan MCB itu.

"Kinar lagi ... Kinar lagi!"

😁

13 Februari 2021

Related Posts

Posting Komentar