Ibu Salah Penafsiran

Posting Komentar
Hari ini, Ibu datang ke rumahku. Bukan tanpa sebab. Beliau berkata kalau teman-temannya dari Magelang--tempat kelahiran Ibu, akan bertamu. Seperti biasa, jika ada tamu, Ibu selalu menerimanya di rumahku. Enggak mungkin di rumah Kakak atau Adik karena beberapa alasan.

Kebetulan, hape Ibu sedang rusak. Sebelum ke rumahku, ternyata Ibu dari rumah adik di Sendangguwo. Beliau berkomunikasi dengan temannya itu pakai nomernya Tyo, keponakanku.

Sampai di Ungaran, Ibu menyuruhku memasukkan nomer temannya itu dan mengonfirmasi kalau hari ini komunikasinya pakai nomerku. [Duh, bahasaku njlimet amat, ya.]

Sebelum menginput nomer itu, aku sempat memperlihatkan pesan WA yang dikirim Tyo. Isinya tentang pesan dari teman Ibu. Aku kasih liat ke Ibu, dan beliau bilang udah baca. Berarti clear, ya, aku enggak kroscek lagi isi skrinsutan itu.

Terus, Ibu memintaku buat persiapan. Aku masak nasi yang agak banyak, beli sayur dan minuman.

Siang menjelang ketika mendung mulai mengudara. Ya, begitulah kiranya cuaca hari ini. Pesan WA yang terkirim dari nomerku tak kunjung dibalas oleh teman Ibu, meski sudah dibaca.

Aku meminta Ibu buat nelpon temannya itu. Bukannya memberi penjelasan, justru panggilan itu di-reject. Hem ....

Akhirnya, Ibu membaca ulang pesan yang dikirim Tyo. Ternyata, tadi pagi Ibu enggak baca sampai bawah. Kalau ternyata lagi, chattingan sebelumnya itu salah alamat. Duh!

Tau apa yang aku ucapkan? 

Alhamdulillah, sayurnya bisa buat aku dan suami buka puasa 😂

Ibu cuma ketawa. Untung belinya juga dikit. Pas buat keluarga kecilku makan malam. Ditambah beberapa camilan yang udah dibawain Ibu.

Ah, rencana Allah selalu lebih indah. Dia tau kalo aku kehabisan uang hari ini dan mengirim ibuku ke Ungaran. Alhamdulillah, semua habis tak tersisa malam ini. :)

Pelajaran yang kudapat hari ini, jangan terburu-buru mengambil keputusan. Semua harus dikonfirmasi dulu dengan pasti. 

kisahpisces

Related Posts

Posting Komentar