Hari Libur Tetap Masuk? Cuma TK-nya Kinar

Posting Komentar
Tanggal merah bukan berarti sekolah libur. Nyatanya, Kinar tetap masuk, sama seperti tanggal-tanggal merah sebelumnya. 

Terkadang heran dengan sekolah ini. Bener-bener berbeda dengan sekolah lain. Dari segi pembelajaran, juga cara mendidiknya. Ya, seperti itulah pandanganku.

Bukannya aku tidak suka dengan metode yang diterapkan sekolah ini, hanya saja aku merasa kurang pas untuk anak usia dini.

Lalu, kenapa aku menyekolahkan Kinar di sekolah ini?

Banyak orang yang bertanya begitu. Jauh dari rumah lagi, hampir 6 km untuk 1x perjalanan.

Awalnya, kami hanya mencari TPQ buat Kinar karena merasa cocok dengan metode mengaji kedua kakaknya. Kami berkonsultasi dengan guru mengaji di TPQ tersebut, lalu disarankan masuk TPQ Pagi di sekolah ini.

Jam pembelajaran untuk PAUD saat itu sudah tergolong lama, dari jam 07.00 - 10.30. Pulang sudah dalam kondisi lelah. Biasanya Kinar langsung tidur karena bakda asar harus berangkat TPQ sore. Begitu setiap hari, rutin dari Senin sampai Sabtu.

Menginjak TK, jam belajar dikurangi karena pandemi covid-19. Anak-anak tetap difokuskan untuk mengaji. Nggak ada jam istirahat dan bermain. Coba bayangkan, sekolah TK tapi nggak punya arena bermain?

Kinar sempat protes. Dia pengin sekolah yang ada mainannya. Jelas sekali kalo jiwa anak-anaknya meronta.

Saat itu, kami tetap kekeh menyekolahkan Kinar di situ. Setiap pulang sekolah, kami coba berkomunikasi dengan Kinar tentang apa saja yang dia pelajari di sekolah. Pagi tetap mengaji, lanjut dengan pelajaran calistung dan kreativitas.

Alhamdulillah, Kinar tergolong anak yang cepat paham menerima ilmu. Calistungnya lancar, bahkan melebihi teman-temannya yang usianya di atas Kinar.

Namun, permasalahan mulai muncul ketika kami akan mendaftarkannya ke SD negeri. Kebetulan, sekolah dasar yang menjadi tujuan kami adalah salah satu sekolah favorit di kota ini. Dan sekolah tersebut memakai sistem pendaftaran online, bareng dengan sekolah dasar negeri lainnya, dalam waktu yang bersamaan.

Masalah pertama yang kami hadapi adalah umur Kinar yang kurang dari 6 tahun ketika mendaftar. Salah satu guru menyarankan agar Kinar menyertakan hasil psikologi. Mau nggak mau, kami membawanya ke psikolog terdekat.

Hasilnya sungguh membuat kami kaget. Kinar yang sudah pandai calistung, dinyatakan belum siap masuk sekolah dasar!

Jadwal konsultasi pun disegerakan. Psikolog menerangkan kondisi Kinar yang super aktif, tentang keseimbangan otak kanan dan kirinya, juga resiko kalo kami tetap memaksanya lanjut ke sekolah dasar.

Salah satu faktor terbesar yang memengaruhi hasil psikologi adalah selama ini Kinar kurang mengeksplor kapasitas bergeraknya. Tiga tahun masa balitanya hanya dihabiskan untuk belajar dan mengaji.

Ya Allah, salahkah kami atas semua itu?

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami tetap lanjut untuk mendaftarkan Kinar ke SD. Masalah kedua muncul. Sekolah TK-nya tidak terdaftar!

Dua hari, aku wara-wiri ke SD tujuan. Pihak operator sekolah sudah berusaha membantu untuk pendaftaran online-nya. Meski TK-nya nginduk di sekolah lain, tetap saja nggak bisa masuk.

Di hari ketiga, tepat hari terakhir pendaftaran online, akhirnya Ketua PPDB sekolah tersebut mampu memecahkan permasalahan ini. Semalaman beliau mengutak-atik sistem setelah gencar mendapat WA dariku. 🤭

Alhamdulillah, usaha memang tidak mengkhianati hasil. Kinar berhasil mendaftar secara online.

Dua permasalahan itu sudah cukup membuatku kecewa atas sekolah Kinar saat ini. Pantas saja banyak yang nggak lanjut ke SD-nya, hanya 3 anak kalo tidak salah. Ya, sekolah Kinar saat ini ada jenjang PAUD hingga SMA dengan metode homeschooling.

Homeschooling tapi nggak banyak kegiatan bermainnya? Tapi begitulah.

Guru-gurunya juga nggak ramah. Bukan jebolan sekolah guru TK, tapi santri tahfiz yang diperbantukan. 

Nyesek? Nyesel?

Iya!

Okelah kalo ada wali murid yang memandang sekolah ini terbaik. Terserah, toh itu pendapat mereka. Nyatanya, banyak yang balik kanan dan memilih sekolah lain buat jenjang selanjutnya.

Pokoknya gemes!

kisahpisces

Related Posts

Posting Komentar