Bakso Gondrong Karangbolo Ungaran

Posting Komentar

Alhamdulillah, hari ini aku bangun dengan badan yang sudah agak enteng. Aku bisa melakukan kegiatan rumah seperti biasanya sejak pagi. Jadwal menyetrika aku lakukan setelah Kinar diantar Pakbud ke sekolah.

Di sela kegiatan menyetrika itu, adikku menelpon pake nomernya Bue. Aha, berarti dia lagi ke Peterongan, tempat Bue tinggal bersama kakak perempuanku.

Dia menanyakan kondisiku. Ah, aku terhura, eh terharu. 

"Gimana kabarnya, Dhe? Udah sembuh?" tanyanya.

"Belum," jawabku iseng.

Terus, kubujuk dia agar mau main ke rumahku.

"Te, sini dong, beliin aku Bakso Gondrong."

"Emangnya kalo maem bakso gondrong langsung sembuh?" Dia ngeledek.

"Sapa tau. Ha ha ha."

Ya, seperti itulah kira-kira obrolan kami kalau di-translate ke bahasa Indonesia. Aslinya sih pake bahasa Jawa. Hihi.  

Alhamdulillah, adikku bener-bener datang. Dia ngajak Bue dan anak keduanya sepulang sekolah.

Setelah ngobrol ngalor-ngidul selama 3 jam--sambil nunggu jam makan siang dan nelpon anak pertamanya, kami meluncur ke Bakso Gondrong di daerah Karangbolo. Letaknya dekat Alun-alun Lama Ungaran. Coba aja cari di GMaps, barangkali muncul.

Aku pesen bakso beranak komplet pake mi. Alhamdulillah, rasanya cocok dengan kondisiku saat ini. Satu mangkok tandas, plus sisa punya Kinar.

Qadarullah, hujan membuat kami terpaksa tetap berada di warung bakso itu. Menit demi menit berlalu, hujan nggak kunjung reda. Akhirnya, kami memutuskan pulang hujan-hujanan. Satu alasan, semua kebelet pipis!

Sampai rumah, Kinar langsung mandi buat persiapan berangkat TPQ sore. Tapi apa boleh dikata, saat menungguku sholat Asar, dia tertidur. So, TPQ sore ini batal. 

Ah, sepertinya aku juga nggak akan lama-lama di depan blog. Mata udah berat. Meski ada keinginan buat nonton film, tapi aku lebih sayang kondisi badanku.

Jadi, see you!

kisahpisces

Related Posts

Posting Komentar