Hari ini aku pengin cerita tentang Arya. Udah kehabisan kata-kata kalo suruh cerita tentang kegiatan sehari-hari. Hari Senin ini aktivitasku biasa-biasa aja. Nggak ada yang spesial, hanya saja habis ngantar Kinar ke TPQ, aku bisa leluasa belanja bulanan di Toko Ramai, sendirian. Hore!
Sebelumnya aku mau cerita awal kehamilan Arya. Ini adalah kehamilan keduaku.
Saat itu, Funni masih berumur 3 bulan dan aku udah seminggu telat datang bulan. Penasaran, dong. Jadi kami putuskan datang ke Dokter Edi Wibowo, dokter kandungan yang kami percayakan sejak kehamilan Funni.
Perawat sama Dokter Edi mengira aku mau KB. Terus aku ngomong kalo aku telat. Eh! Ketawa dong mereka.
USG pun dilakukan. Ternyata benar, aku hamil lagi! Geli, takut, malu ... itu yang campur aduk aku rasakan. Funni belum MPASI, aku udah hamil lagi. Ha!
Mengingat kondisiku pada kehamilan pertama, Dokter Edi udah mengultimatum aku harus banyak bedrest. Bahkan, beliau memperkirakan HPL anak keduaku ini di bulan Desember, di tahun yang sama dengan Funni.
Refleksnya, aku malah nawar 😂 Aku bilang ke Dokter, kalo bisa tanggal 1 Januari, yang penting beda tahun. Ya Allah, maafkan aku ....
Begitulah, kehamilan keduaku ini kujalani dengan santai. Berbeda dengan kehamilan pertama yang berdrama-drama. Hingga melewati malam tahun baru, aku berujar pada kandunganku. "Kalo mau lahir sekarang, nggak apa-apa, Nak."
Arya lahir di tanggal 6 Januari 2007 jam 22.30. Tepatnya nggak tahu, pokoknya seingatku itu.
Meski udah pernah melahirkan, bahkan belum genap setahun, aku lupa bagaimana rasanya.
Jadi sebelum memutuskan ke Rumah Bersalin, sore itu aku masih bercengkerama sama Pakbud. Maklum hari Sabtu, pas doi libur.
Aku cuma bilang, perutku kadang mules kadang enggak. Pakbud malah suruh aku buang hajat.
Jam 8 malam, mulesnya kebangetan. Aku minta diantar ke Rumah Bersalin, nggak mau lagi ke RSUD, trauma persalinan Funni dulu. Funni terpaksa buru-buru aku titipkan ke tetangga sebelah karena udah nggak tahan.
Setelah dicek, ternyata udah bukaan 5. Aku disuruh jalan-jalan. Baru sekitar 5 langkah, aku udah nggak kuat. Bidan menyuruhku masuk ruang bersalin, didampingi Pakbud.
Proses persalinan kedua ini berjalan cukup alot. Arya yang lahir dengan berat 3500 gram, cukup membuatku ngos-ngosan. Bukan cuma itu. Plasenta alias ari-arinya nggak mau keluar sampai lebih dari 15 menit. Ternyata Bu Bidan tau, kalo pada kehamilan pertama, aku harus pakai penguat kandungan.
Kata Bu Bidan, ari-arinya nempel di dinding rahim, efek dari penguat kandungan itu. Karena jaraknya terlalu dekat, jadi masih ada penguatnya di sana.
Aku disuruh mengejan lagi, sedangkan tangan Bu Bidan masuk dan menarik ari-arinya. Jangan tanyakan rasanya! Bener-bener sakit luwar biyasaaa ....
Pas setelah persalinan selesai dan aku udah dipindahin ke kamar inap, seorang tetanggaku datang. Dia mengabarkan kalo Funni rewel. Dia minta alamat orang tuaku yang saat itu masih tinggal di Banyumanik.
Alhamdulillah, keesokan harinya, mbakku datang menjenguk setelah dari rumah Bue. Dia bilang Funni udah di rumah Bue dan baik-baik saja. Jazakumullahu khayran, tetangga-tetanggaku.
Lah, cerita tentang kehamilan sama persalinannya aja udah panjang. Insyaallah lanjut besok, ya. Banyak cerita lucu tentang Arya di masa tumbuh kembangnya hingga sekarang.
Posting Komentar
Posting Komentar