Cerpen Fabel: Gula Milik Apro

Posting Komentar
Di dalam lubang kecil di sudut dapur, terdapat perkampungan semut yang hidup damai. Di sana, ada sepasang sahabat yang saling mengasihi. Mereka adalah Apro dan Pinu.

Siang itu, Apro dan Pinu sedang berjalan-jalan keluar kampung. Tanpa sengaja, mereka menemukan ceceran gula pasir di bawah meja makan.

“Lihat, Pinu! Banyak sekali gula pasir ini.” Apro berseru senang.

“Iya, sepertinya cukup untuk makan teman-teman sekampung,” ujar Pinu.

“Jangan! Kita yang menemukannya. Jadi, kita yang pantas menyimpannya sendiri.” Apro tidak senang kalau gula itu harus dibagi-bagi.

“Jangan serakah, Apro! Gula itu terlalu banyak. Kita tidak akan kelaparan jika harus berbagi dengan teman-teman yang lain.”

“Terserah kamu! Gula yang paling besar itu milikku. Aku tak mau berbagi. Akan kusimpan sendiri.” Apro berusaha mengangkat gula itu sendirian.

“Baiklah, Apro. Aku akan kembali ke kampung untuk memberitahu teman-teman,” kata Pinu.

Apro tak memedulikan perkataan Pinu. Dia sudah bergegas mengangkat gula terbesar. Berat! Bahkan sebenarnya, Apro pun tak kuat mengangkatnya.

Sementara itu, Pinu sudah kembali ke perkampungan. Dia mengajak teman-temannya untuk mengambil gula yang tercecer di lantai.

“Wah, gula-gula ini cukup untuk makan kita selama satu minggu,” kata Anty.

“Benar. Makanya, aku mengajak kalian ke sini. Ini rezeki yang harus kita syukuri bersama,” sahut Pinu.

Mereka bekerja sama mengangkat gula-gula itu. Saling bahu-membahu agar semua gula bisa terangkat ke perkampungan.

Apro terengah-engah sendirian. Dia menolak tawaran teman-teman yang hendak membantu. Apro tak mau, jika sampai di perkampungan nanti, gulanya harus dibagi.

Pinu dan teman-temannya telah kembali. Mereka sibuk menata gula-gula itu di salah satu gudang. Namun, Apro tak kunjung menampakkan diri ketika teman-temannya telah selesai bekerja.

Apro sendirian di dapur. Jaraknya masih cukup jauh dari lubang. Keringat mengucur deras, membasahi dirinya yang kelelahan.

Tiba-tiba, sebuah sapu menyeret tubuhnya menjauh. Apro berteriak kaget. “Aaa ....!”

Tak seorang pun teman mendengarnya. Dia semakin menjauh. Gula yang semula diangkatnya, terlepas dari genggaman.

“Gulaku!” teriak Apro.

Apro telah keluar dari rumah. Dia terhimpit tumpukan sampah dekat selokan. Apro merasa pusing setelah tersapu beberapa kali. Badannya terasa sakit. Juga harus meratapi nasib, kehilangan gula terbesarnya.

Pinu mulai khawatir. Dia mengajak beberapa teman untuk mencari Apro. Mereka bergegas kembali menyusuri tembok menuju tempat ditemukannya gula-gula itu.

Mereka kaget tak menemukan Apro di sana.

“Apro! Apro!” Pinu berteriak memanggil.

Tak ada sahutan. Pinu akhirnya menyadari, kalau lantai telah bersih. Dia berpikir, pasti Apro telah tersapu.

Pinu pun mengajak teman-temannya keluar rumah. Tampak dari kejauhan, Apro sedang berusaha berjalan meski sempoyongan.

“Itu Apro!” Pinu menunjuk ke arah selokan.

Pinu dan teman-temannya bergegas menghampiri Apro. “Apa yang terjadi, Apro?”

“Sapu itu menghantam keras tubuhku. Aduh, rasanya sakit!” keluh Apro.

“Ayo, kami bantu berjalan!”

Dua temannya memapah Apro perlahan.

“Lalu, mana gula yang kamu angkat tadi?” Pinu bertanya.

“Entahlah. Gula itu terlepas dari tanganku dan tersapu menjauh,” ucap Apro lirih. Nada sedih terdengar dari suaranya. “Aku kehilangan gulaku.”

“Sudahlah, kita masih punya banyak gula di gudang. Itu lebih dari cukup untuk kita makan bersama,” kata Pinu menyemangati.

“Maafkan aku. Aku terlalu tamak. Kalau saja tadi aku mau berbagi dan bergotong royong bersama kalian, pasti gula itu tidak akan hilang.” Apro menyesali perbuatannya.

--o--

Penulis: Dini Verita

*Telah dibukukan dalam buku "Dolphin yang Malang"
Yama Rose Publisher, 2019

kisahpisces

Related Posts

Posting Komentar