Pahlawanku

Posting Komentar
Pahlawanku

Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di ujung November yang selalu berhujan ini. Banyak momen hidup yang terjadi, di antaranya hari kelahiran Ibu, Hari Pahlawan, dan Hari Guru Nasional. Ketiganya berbeda tanggal, tapi punya satu kesamaan. Pahlawan. Ya, pahlawan di kehidupanku sampai hari ini.

Ibu, sosok yang lahir di tanggal 6 November 67 tahun yang lalu, adalah pahlawan pertamaku. Beliau berjuang mempertahankanku di rahimnya selama 9 bulan, meski 2 bulan terakhir harus mengalami pendarahan. Pahlawan yang kulihat di masa kecil, yang setia berbakti pada suami yang sering menganiayanya. Itulah ibuku, bertahan demi kami, anak-anaknya.

Dilanjut peringatan Hari Pahlawan di tanggal 10 November, meski sebenarnya aku hanya tahu sekelumit sejarahnya. Mungkin dulu pernah aku pelajari, tapi karena hanya buat pelajaran di sekolah, jadi sekarang udah lupa. Duh, jujur bener saya, ya. Maafkan.

Lalu, di tanggal 25 November, ada peringatan Hari Guru Nasional. Jujur, kalo yang ini, aku baru tahu. Bukannya nggak menghargai pahlawan tanpa tanda jasa ini, tapi memang aku nggak tahu. Maafkan lagi, ya.

Satu makna dari ketiga hari nasional itu. Kita sama-sama memperingati hari pahlawan, meski dengan berbeda cara. Meski jujur, aku nggak ada rutinitas khusus untuk ketiga hari nasional itu. Kemarin, aku hanya ngucapin selamat ulang tahun buat Ibu, juga nyiapin si kecil buat upacara di Hari Pahlawan dan Hari Guru Nasional. Sama sekali nggak ada selebrasi khusus.

Dari Ibu, aku belajar mengenal arti setia. Berbakti pada suami hanya demi anak-anaknya. Aku nggak akan pernah lupa perlakuan Bapak pada Ibu. Sosok yang seharusnya menjadi panutanku, sosok yang seharusnya bisa menjadi cinta pertamaku, nyatanya malah menorehkan pengalaman pahit sepanjang hidupku.

Begitu besar cobaan yang dialaminya, Ibu terlihat tetap tegar. Atau mungkin berusaha tetap tegar. Kalo beliau mundur, mungkin kisah masa depan kami akan lain cerita. Ya, seperti itulah sosok pahlawan pertamaku.

Sementara, dari Hari Pahlawan, aku belajar tentang arti kemerdekaan. Bukan sejarah kemerdekaan di masa lampau, tapi kemerdekaan di masa kini. Sering aku bertanya pada diri sendiri, sudahkah diriku merdeka? Apa sih merdeka itu?

Dari banyak hal yang kualami, belum satu pun yang menyadarkanku tentang hal itu. Terkadang aku sedih, terkadang aku bahagia. Lalu, merdeka itu yang seperti apa? Bebas melakukan sesuatu yang kita sukai? Bagaimana dengan tanggung jawab kita sebagai orang tua dan makhluk sosial?

Ingin sekali aku pergi berkelana, sendirian. Tapi bagaimana dengan suami dan anak-anakku? Lagi-lagi, aku buntu menemukan arti kemerdekaan.

Hari Guru Nasional mengajarkanku tentang pengalaman. Bukan ilmu yang kudapat, tapi proses pencapaiannya. Ilmu bisa saja menguap karena nggak pernah diterapkan dalam kehidupan, tapi proses belajarnya akan selalu ada pengalaman tersendiri. Dari pengalaman inilah yang menurut aku membentuk karakter kita. Dan ini guru terpenting dalam kehidupan.

Sejenak me-rewind pengalamanku tentang literasi yang akhirnya mengantarkan aku pada blog. Aku memulainya di bulan Februari 2019. Dari Mbak Indah Dahlan, aku pertama kali mengenal literasi, dunia baru di sela kegabutanku saat itu. Menyelami lebih dalam, aku tertarik ke dunia editor buku. Pengalaman mengenal orang, aku dapat di sini. Nggak jarang, aku sering stres menghadapi mereka yang kekeh mempertahankan tulisan yang sulit kumengerti.

Dari literasi pula, aku mengenal Mbak Rohani Panjaitan. Beliaulah yang pertama kali mengenalkanku pada blog. Meski cuma sekilas, tapi aku berhasil membuat blog pertamaku. Dari Mbak Rohani pula, aku bisa masuk kelas blogging yang dimentori Coach Maritaningtyas di Blogspedia Coaching Batch 1 tahun 2020.

Coach Maritaningtyas mengajarkanku banyak hal. Dari dasar-dasar pembuatan blog sampai bisa bikin blog dengan template yang cantik. Mengenai isi blog, sampai sekarang aku memang belum menemukan karakterku. Sering pengin mundur, karena tulisan yang nggak bisa sekeren teman-teman yang lain. Bener-bener, menulis itu susah, Bestie!

Heran juga, meski kesusahan, aku bisa nulis lebih dari 100 artikel dalam 2 tahun ini. Terpecah di 3 blog (katanya susah nulis, tapi ternak blog. Mang heran, ya!). Lagi-lagi, Coach Marita berperan penting di proses ketiga blogku itu. Kalo aku lupa apa yang harus dibenerin, Coach Marita nggak sungkan bantuin. Dan selama 2 tahun jadi Cupuers itu free lho. Semangat berbagi Coach Marita yang nggak pelit ilmu itu, mengajarkanku kalo sedekah nggak melulu tentang uang. Ada banyak cara, salah satunya dengan berbagi ilmu seperti ini.

Ternyata, ada banyak pahlawan di sekeliling kita, ya. Yang tampak ataupun enggak. Masing-masing punya cara yang berbeda. Nah, menurut Temans, pahlawan itu seperti apa?
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar